Manisnya Silver Medal di Balik Pahitnya Secangkir Kopi Panas

GENGGONG- Coffe...! Begitulah ustadz Moh. Imron, S.Si. saat pesan kopi di salah satu kedai kopi, yang ada di sekitaran acara lomba International Science Fair, Phattalung, Thailand.

Pembina lomba santri SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong ini sengaja hanya menyebutkan satu kata "Coffe" karena dia yakin pelayan kedai sudah bisa menangkap apa yang dipesannya.

Setelah pesanan sampai, betapa mengejutkan ternyata kopi yang dipesannya diseruput Rasanya pahit alias asli tanpa sesendok gula. "Saya mencoba menyampaikan pada pelayan untuk ditambah gula," ungkapnya.

Sambil menunjuk gelas dan memutar-mutar jari telunjuk di atas cangkir dengan mengatakan "sugar". "Maksud saya agar ditambah gula. Eh ternyata tidak paham," akunya.

Akhirnya meski pahit tetap saja diserup dengan nikmat. Pahitnya kopi ini ternyata dibayar tuntas dengan silver medal yang dinobatkan pada anak didiknya di ajang internasional yang diikuti 9 kontestan dari asia tenggara dan eropa.

Butuh rasa pahit dan manis untuk menikmati secangkir kopi. Begitu juga cara sukses, butuh pahitnya proses untuk menikmati manisnya sukses.

"Begitu juga silver medal ini, kita dapatkan dengan susah payah, butuh tenaga, pikiran bahkan biaya yang besar. Alhamdulillah santri SMA Unggulan Haf-Sa mampu membayar lunas hari ini," jelasnya.

Bahkan menurut pengakuan ustadz Imron, anak didiknya ini menyempatkan berpuasa untuk lomba ini. "Luar biasa, santri ini berpuasa yang waktunya lebih panjang dari sahur ke waktu buka, karena sahurnya di Indonesia sementara bukanya di Thailand," akunya.

Disepanjang perjalanan, lanjut tadz Imron, anak didiknya tak lepas dari alqur'an baik saat di pesawat maupun sesampainnya di Thailand. "Ada pemandangan indah saat mereka selalu membaca alqur'an saat nerbang dan menjelang lomba. Ya begitulah santri," jelasnya kagum. (fid)

KHUSYU': Kontestan asal SMA Unggulan Haf-Sa, Genggong, Indonesia tetap melantunkan bacaan alqur'an menjelang pertandingan akan dimulai.