Tangis Haru Warnai Perpisahan Santri Kelas XII SMA Unggulan Haf-Sa

GENGGONG- Sejatinya berpisah adalah pertemuan terakhir, pergi, tidak lagi bersama, dan dimana kita harus merelakan sebuah kenangan, baik suka maupun duka. Makanya tak heran jika perpisahan selalu ada tangisan.

Seperti yang tampak pada puluhan santri kelas XII SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong, saat perpisahan pada Sabtu (26/03/2022) di sekolah. Mereka sesenggukan saat bersalaman perpisahan pada dewan guru dan adik-adik kelasnya.

Sebelum bersalaman, 95 santri ini berkumpul di halaman sekolah dengan berbaris lalu membuat formasi melingkar, menyanyikan lagu himne guru, kenangan indah masa sekolah, dan lagu sampai jumpa.

Kepala Sekolah, ustadz M. Inzah, M.Pd.I dalam sambutannya berpesan agar santri kelas akhir ini tetap menjaga nama baik sekolah dan pesantren. "Siapapun kalian dan dimanapun bahkan berprogesi apapun nantinya, pesan saya tetap jaga nama baik pesantren dan sekolah," tegasnya.

Beliau menambahkan, banyak kenangan yang tak boleh dilupakan saat bersama berjuang selama 2 sampai 3 tahun berproses di sekolah ini. "Kenangan indah ini tak boleh hilang dalam ingatan, banyak prestasi yang kalian lukiskan dalam perjalanan sejarah sekolah ini," jelasnya.

Abdurrahman Wahid, mewakili ketua angkatan kelas XII mengucapkan banyak terimakasih pada segenap guru yang dengan sabar mendidik santri selama tiga tahun. "Terimakasih untuk semua guru tercinta, dedikasimu akan selalu terkenang dan terimakasih adik kelas yang selalu membantu kami," akunya.

Perwakilan adik kelas disampaikan oleh Moch. Diki, kelas XI. Dirinya mengaku tak bisa melupakan jasa kakak kelasnya yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi. "Kami selalu NGOPI (Ngobrol Pintar) untuk menjaga tradisi sekolah. Sekolah juara harus ditradisikan," jelasnya.

Terpisah, Alivio Rozaqnanda Zulkarnain, mengaku sangat berat meninggalkan sekolah. Baginya terlalu banyak kenangan yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. "Banyak teman-teman menangis karena ini perpisahan yang mengahrukan," ungkapnya.

Santri asal Banyawangi ini mengaku rasa kekeluargaan baik di sekolah maupun di pesantren sangat kuat. "Solidaritas hidup bersama di pondok sudah seperti keluarga sendiri," imbuhnya. (fid)